Menu

Coaching? Perlukah Saya?

Pernahkah anda merasakan bahwa sebenarnya sudah begitu banyak ilmu yang anda punya.  Bukan itu saja, tidak terbilang pelatihan yang anda ikuti,  acara diskusi, sharing bahkan mungkin kunjungan bisnis.  Namun di saat yang bersamaaan anda merasa seakan ada yang kurang sehingga anda tidak bisa mengimplementasikan semua yang anda punya dalam proses bisnis anda.  Entah dengan alasan ilmunya harus disesuaikan dengan bisnis anda dahulu, ilmu tidak sesuai dengan level bisnis anda ataupun begitu banyak ilmu sehingga anda kebingungan sendiri atau urusan klasik tidak adanya waktu.  Ibarat kata, anda mempunyai banyak senjata untuk menembak sasaran anda tapi anda tak tahu harus menggunakan senjata yang mana, bagaimana cara menggunakannya dan apa yang harus anda lakukan kemudian serta sederet pertanyaan lain.  Akhirnya yang terjadi adalah sesuatu yang mudah ditebak.  Anda berjalan kembali tanpa ilmu itu.

Itulah yang awalnya saya pikirkan saat menjadi Mentor di KMB TDA Jakarta Selatan.  Dalam try dan error guna mendapatkan system yang tepat untuk menjalankan program mentoring saya menemukan permasalahan mendasar.  Keragaman bisnis yang ada diantara anggota mentoring, keragaman level bisnis yang ada, juga kebutuhan yang berbeda akan program mentoring ini menjadikaan satu kesimpulan bahwa pendekatan yang heterogen perlu dilakukan.   Agar efektifitas program bisa berjalan dan tiap anggota bisa memperoleh manfaat maksimal untuk bisnisnya.  Beruntungnya ada satu kesamaan yang mereka punyai yaitu mereka sama-sama mempunyai senjata seperti gambaran diatas namun sama sama tidak tahu bagaimana menggunakannya.  Dan Coachinglah saya pikir akan menjadi cara yang tepat guna membantu anggota mentoring mendapatkan solusi terbaik bagi permasalahannya ini.  Metode Coaching inilah yang di beberapa pertemuan terakhir mulai saya terapkan di KMB yang saya bina.  Terlihat sejauh ini efektifitas dalam penyampaian program jelas menunjukkan peningkatan dan perubahan. Disamping itu challenge yang dirasakan oleh anggota secara psikologis akan membuat mereka terpacu untuk mengikuti program ini hingga usai.  Karena tantangan diletakkan di tangan mereka.[…….]

Continue Reading

Self Coaching Practice

Tak dipungkiri beberapa kali tercatat ketidak konsistenan merambah pada penulisan blog ini semenjak dibuat.  Alasan klasik, sibuk. Dan alasan yang tak dapat ditolerir adalah kemalasan.  Sementara kebosanan menjadi alasan yang menggantung menginat tulis menulis adalah sebuah passion bagi saya.  Saya tak ingin mencari kambing hitam.  Selain menerimanya sebagai siklus kesadaran saya dipalingkan pada tujuan saya membangun blog ini.  Bukan untuk popularitas.  Menulis adalah wujud lain dari pembelajaran kedisiplinan buat saya.  Bila ujungnya demikian maka saat kurva semangat itu menurun tak ada yang lebih baik kecuali menyadarkan diri dan bersemangat untuk berjalan di garis tujuan.

Mungkin pertanyaaan yang terbesar bukan lagi kenapa fluktuasi dalam menulis terjadi. Namun kini lebih pada Bagaimana agar konsistensi dalam menulis terjaga.  Saya orang yang cukup procedural dan saya yakin bukan hal yang sulit bagi saya untuk membuat jadwal menuliskan prioritas bahkan sekaligus menjalankannya. Namun saya rasa bukan disitu permasalahannya […….]

Continue Reading

Spirit Seorang Mooryati Soedibyo

Lengser bukan berarti pensiun dari segala kegiatan.  Demikian nada yang disuarakan pemilik brand Mustika Ratu:  Mooryati Soedibyo dihadapan lebih dari 200 orang undangan sore hari ini (02 maret 2011) di acara sharing non formal dengan member TDA.  Bertempat di balairung kediamannya di Jl. Mangunsarkoro Jakarta Pusat Mooryati menunjukkan usia bukanlah penghalang untuk berkegiatan.  Saat menginjak 83 tahun (5 Januari 1928), saat kepemimpinan Mustika Ratu di estafetkan pada putri keduanya – Putri Kuswardhani, Mooryati  melihat saat ini merupakan moment yang tepat bagi beliau untuk mengabdi pada masalah sosial melalui beberapa lembaga perpanjangan tangan dari Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Mooryati Soedibyo (LPPMS) yang pada dasarnya mempunyai visi untuk memberdayakan perempuan melalui entrepreneur Indonesia.

Mooryati yang sore itu dibalut hijau tosca tampak jauh lebih muda dari usia sebenarnya.  Tak tampak kelelahan ataupun kemunduran fisik.  Kalimat sharingnya cukup lugas diucapkan dan ingatannya cukup jelas untuk wanita seusianya.  Luar biasa […….]

Continue Reading

Promosi Beretika di Dunia Maya

Tak disangkal keberadaan internet menjadi satu kemudahan bagi produsen untuk menjangkau konsumennya guna mengkomunikasikan produk. Tinggalkan era berbudget tinggi dan tidak langsung menjangkau target market dalam mengirimkan fax, brosur atau surat. Karena Internet memungkinkan kita menggunakan email yang tidak saja memberi kemudahan dan biaya rendah yang diperoleh, namun juga bisalangsung menjangkau sasaran dan penghematan waktu. Maraknya fenomena Facebook pun menciptakan media tersendiri bagi produsen untuk menempatkan media promosi di jejaring sosial ini. Mulai dari hal sederhana untuk memakai accout pribadi menjadi account bisnis atau produk, menciptakan halaman groups produk hingga mengembangkan fanspage. pasar facebook indonesia yang menempati no 7 didunia menciptakan populasi tersendiri bagi penetrasi produk. siapa yang tak tergiur.

Sedikit menempatkan diri pada kursi yang berbeda dari kursi Produsen, sebagai konsumen sayapun merasakan manfaat berlebih dari adanya internet ini. Produk-produk bisa saya cari, dapatkan dan bandingkan dengan cepat secara online. Pencarian sayapun tak terbatasi oleh wilayah dan waktu lagi. Bahkan menariknya saya pun bisa memperoleh info mengenai produk dari berbagai testimoni atau pendapat orang melalui forum sehingga demikian jelas bagaimana fitur produk tersebut bisa memnuhi kebutuhan dan keinginan saya. Taruh kata: dunia di genggaman saya! […….]

Continue Reading

Say No To Facebook?

Fenomena jejaring social sedikit banyak bisa kita kata sebagai wabah. Tak kurang banyak orang menanyakan kepemilikan facebook dalam pergaulan. Seakan tak afdol bila belum mempunyai ‘KTP’ di jaringan maya ini. Semua orang terasa demam untuk berlomba menyosialisasikan dirinya. Sebagai bentuk dari mikroblogging, facebook dirasa sangat instant dan tepat bagi budaya kita yang suka nimbrung bahkan ‘bergosip’, dan meluapkan keramahan. Bentuk yang lebih cepat mendapat reaksi daripada era blog yang dulu memang sempat mewabah. Bandingkan dengan blog yang kita harus lebih dahulu melakukan blog walking untuk menyosialisasikan diri bahkan juga untuk memberi komentar. Namun disini facebook tidak. Jaringan kita akan segera terbentuk dengan cepat begitu kita terhubung dengan sesama member, secepat komentar pada status yang kita update. Inilah istantnya.

Bahkan beberapa fungsi milist, mini blog, foto & video sharing bahkan agenda telah lengkap menghuni fitur Facebook. Bagaimana kita tidak tergiur dan tergila gila. Bahkan semua handphone terbaru belakangan ini tidak menonjolkan kata “akses Internet” untuk menunjukkan fitur internet yang dibenamkan dalam produknya. Tapi justru kata “Bisa Facebook-an!” lebih mempunya daya jual.[…….]

Continue Reading