Be Samyono [29062012–11.11]
Saat memasuki Raker Kerja TDA 2012 Akhir April lalu di Jogjakarta dalam keterbatasan waktu saya dalam, saya memohon pemakluman menyerahkan perwakilan TDA Jaksel kepada mas Hendra Ardianto. Saya mengupayakan untuk membuat laporan yang comprehensive sebagai bekal yang akan di presentasikan beliau. Saya cukup tertegun dengan angka yang saya peroleh di paruh pertama masa kepengurusan saya bersama rekan-rekan sekarang. Mengambil data dari bulan September 2011 terlihat bahwa jumlah anggota TDA Jaksel mengalami peningkatan significant hal ini terlihat dari jumlah milish groups meningkat: 26% , member group FB: 141%, Data valid member: 111%, anggota ber KTA TDA: 164%. Dibalik kegembiraan saya terselip kekuatiran yang harus segera dipecahkan.
Kekuatiran saya berpangkal pada kecilnya rasio kepengurusan TDA Jaksel. Bila setahun yang lalu keberadaan 3 pengurus aktif dibantu dengan rekan-rekan partisipan dan senior masih memungkinkan untuk menggulirkan program kerja yang dibuat. Namun menilik kondisi yang berkembang saat ini saya harus realistis mempertanyakan tingkat keberhasilannya. Saya berkesimpulan bahwa bergulirnya kegiatan TDA Jaksel terutama kegiatan offline dengan menitik beratkan pengurus sebagai EO yang seperti terjadi sebelumnya, tidaklah efektif lagi. Sangat tidak sehat. Berkaca dari struktur perusahaan akan tidak mungkin bila manajemen hanya terisi di bagian puncaknya. Opsi untuk keluar dari hal ini adalah menambah kepengurusan baru atau membentuk EO. Alternatif pertama saya singkirkan. Perombakan kepengurusan selain memakan waktu dan mengubah banyak hal yang bersifat administrasi seringkali gagal karena tidak banyak yang berorientasi action. Saya pilih alternative ke pembentukan EO selain bersifat team base, fleksible juga langsung bersifat action oriented. Satu kesepakatan yang akhirnya dipilih oleh pengurus.
Azwa nufi, Bonnie Harumekso, Fadil Nurul Hasan, Fernandes Panji Anggoro, Muhammas Ikhsan, Tony Sudarmawan, Deshinta Rahma, Indriawan Teguh dan beberapa rekan yang tergabung dalam KMM S3 TDA Jaksel adalah nama-nama yang belakangan sering disebut di TDA Jaksel. Seperti melakukan pukulan home run, tak pernah jeda KMM ini menggelar pertemuannya per 2 minggu sekali. Salut saya bertambah karena KMM ini mampu untuk secara mandiri menggulirkan KMMnya dengan keragaman kegiatan yang mereka ciptakan sendiri. Tanpa bimbingan intensive dari pengurus. Tidak berhenti disitu. KMM S3 ternyata mempunyai power yang luar biasa yang tak hanya menggerakkan mesin KMMnya namun juga mampu bersinergi dengan pengurus untuk menggulirkan roda kegiatan TDA Jaksel. Kegiatan real yang bias bersama dinikmati oleh seluruh member TDA Jaksel.
Event Business Sharing industry jasa bersama pak Henry Prakoso dan Sales Communication Selling bersama pak Josh Lie yang digelar Juni 2012 lalu adalah tantangan pengurus yang bisa diwujudkan KMM S3 menjadi aktivitas real. Hasilnya tidak mengecewakan. Setiap event terlihat bahwa kapasitas TDA center selalu penuh. Bahkan di event terakhir sinergi dengan pihak sponsor bisa digulirkan. Sedikit banyak pengalaman ini dijadikan model oleh KMM S3 yang secara tidak langsung bisa menjadi EO bagi komunitas ini.
Saya melihat ini satu kolaborasi yang menarik, mutualisme dan sehat seperti yang bersama direncanakan. Meski baru dibentuk melalui kaderisasi KMM/KMB tahap ke dua dua bulan lalu namun result yang di peroleh sedemikian tepat. Setidaknya saya melihat beberapa hal positif yang dimiliki KMM ini sehingga mampu memberikan hasil positif bagi KMM juga komunitasnya:
- Visi & Need yang sama:
Tak sipungkiri bahwa kebutuhan yang sama untuk berkomunitas dan visi yang sama untuk melakukan sesuatu di komunitas tersebut adalah kunci awal adanya loyalitas member untuk saling membahu memenuhi kebutuhan dan mengimplementasi visi-visi yang mereka bangun.
- Homogenitas Anggota:
Kesamaan akan demografi serta level bisnis yang mereka jalankan memberikan benefit lain bagi KMM ini untuk beraktifitas. Yang pada ujungnya akan menciptakan keterkaitan dan keeratan kerjasama.
- Kebersamaan & Partisipasi
Kebersamaan yang melahirkan partisipasi jelas menjadi ciri khas KMM ini dan inilah yang memberikan point of benefit dimana pepatah ringan sama dijinjing dan berat sama dipikul sekan menjadi moto mereka untuk bergerak.
Sejauh ini KMM S3 telah memberi contoh bagaimana mensinergikan bisnis, kegiatan komunitas dan cara untuk berbagi. Saya yakin model ini bisa diadopsi KMM/KMB lain untuk menjadi solid atau paling tidak untuk bisa bersama memaknai arti kata “Tangan Diatas”. Yaitu tak sekedar mengejar tujuan akhir menjadi tangan diatas bagi karyawan namun juga bagi orang lain dalam arti luas. Semananagt berkomunitas.