Catatan Sharing Informal Mooryati-TDA
By Be samyono (02032011-20.37)
Lengser bukan berarti pensiun dari segala kegiatan. Demikian nada yang disuarakan pemilik brand Mustika Ratu: Mooryati Soedibyo dihadapan lebih dari 200 orang undangan sore hari ini (02 maret 2011) di acara sharing non formal dengan member TDA. Bertempat di balairung kediamannya di Jl. Mangunsarkoro Jakarta Pusat Mooryati menunjukkan usia bukanlah penghalang untuk berkegiatan. Saat menginjak 83 tahun (5 Januari 1928), saat kepemimpinan Mustika Ratu di estafetkan pada putri keduanya – Putri Kuswardhani, Mooryati melihat saat ini merupakan moment yang tepat bagi beliau untuk mengabdi pada masalah sosial melalui beberapa lembaga perpanjangan tangan dari Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Mooryati Soedibyo (LPPMS) yang pada dasarnya mempunyai visi untuk memberdayakan perempuan melalui entrepreneur Indonesia.
Mooryati yang sore itu dibalut hijau tosca tampak jauh lebih muda dari usia sebenarnya. Tak tampak kelelahan ataupun kemunduran fisik. Kalimat sharingnya cukup lugas diucapkan dan ingatannya cukup jelas untuk wanita seusianya. Luar biasa. Ini kekaguman saya yang tidak bisa dihapus. Meski mengawali usaha di usia yang cukup terlambat namun upaya yang dilakukan Mooryati selama 37 tahun dalam menjalankan usahanya patut untuk diberikan standing applus. Tidak saja membawa Mustika Ratu satu usaha rumahan menjadi korporasi dan perusahaan terbuka namun juga kiprah kariernya hingga wakil ketua MPR dan pencapaian pendidikannya hingga jenjang doktor bahkan oleh MURI diberi gelar doktor tertua di Indonesia. Pun sederet pretasi lain.
Kerja keras, selalu bangkit dari keterpurukan dan selalu belajar. Itu rahasia kesuksesan yang beliau ungkap. Etos kerja beliau yang tinggi inilah yang mampu membuatnya bertahan disamping jiwa entrepreneurnya yang tak pernah padam dalam menerapkan kreatifitas dan inovasi bagi usahanya. Beliau mengakui bahwa beliau bukanlah tukang sulap yang bisa mengubah kesuksesan sekejab mata. Beliaupun menampik bahwa kesuksesannya adalah karena hubungan kekerabatannya dengan keraton Solo. Kembali kerja keras yang dia garis bawahi. Dan ini merupakan wejangan di akhir acara yang nampaknya terlalu singkat untuk menggali cerita sukses beliau sore ini. Tak luput Mooryati membuka peluang untuk berkolaborasi dengan perusahaannya sebagai oleh-oleh.
Bersama rekan2 TDA Jaksel (Idham, Henry, Siska, Ely, Yudanto, Irwan) nampaknya kekompakan kami tak hanya berada di jalur online saja, sore ini terlihat perwakilan TDA Jaksel amat marak dan kompak. Begitu acara usai rekan-rekan yang tergabung dalam KMM R2 melanjutkan KMM di rumah pak Ridwan. Saya beserta pak Henry ikut dalam mobil pak Idham. Kami memperbincangkan spirit Ibu Mooryati sore ini. Dan saya memahami. Untuk seperti beliau tidak cukup memberi makanan rohani dan ilmu saja sejak dini tapi fisik perlu juga harus dipersiapkan untuk hari tua. Agar fisik mampu menopang geloranya semangat untuk berbagi.





3 comments
menginsfirasi banget, mudah2an kita bisa mencontoh Ibu Mooryati
Setuju sekali bu zenis
ibu Mooryawati memang tokoh yang patut jadi teladan,,